Kosa Kata Bahasa Minangkabau yang Hampir Punah

Bahasa menunjukkan bangsa, kekira sebegitulah pepatah menyatakan pada kita semua. Namun apakah identitas bahasa yang menunjukkan bangsa bisa menjadi indikator bertukarnya identitas sebuah bangsa. Entahlah, sekali air besar sekali tepian berubah.

Akses informasi yang dibawa teknologi tidak akan mempersulit pertukaran budaya. Termasuk di ranah Bundo Kanduang, Minangkabau. Sadar atau tidak bahasa telah mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Bahkan, beberapa kosa kata 'orang tua' tidak lagi dikenal anak muda. Sebagai buktinya, tahukah pembaca arti kata kata di bawah ini, khususnya para anak muda Minangkabau.

 

Singantua

Ada yang masih tahu arti Singantua? Mungkin masih ada beberapa daerah dan beberapa orang yang masih menggunakan kata kata ini. Singantua adalah bagian kaki  dalam bahasa Minangkabau. Rasanya sudah jarang kata kata ini di dengar sekarang.

Baroneang

Baroneang atau baroneng. Tak banyak yang mengenal arti kata ini? Dalam bahasa Indonesia baroneang ini diartikan yaitu pistol atau senapan. Kata kata ini sekarang hany bisa ditemui dalam cerita cerita minang yang dibawakan dalam kesenian rabab.

Cincuik

Beberapa daerah masih menggunakn istilah ini. 'Sarawa Cincuik', artinya adalah celana dalam. Istilah ini juga sudah agak langka ditemui dalam percakapan sehari hari. 

Pamole/Pole

Arti kata pamole/pole ini adalah pacar. Di zaman di bawah 2000-an masih ada teman teman yang menggunakan kata kata ini. (mungkin karena daerah penulis belum ala kota). Udin Pole Mona, Bapole pole juo lai, sikola se lah nan batua dulu.

Cikminyak

Banyak na cikminyak paja ko lai. Pernah dengar ucapan seperti itu? Cikminyak secara fisik artinya ampas minyak. Namun istilah ini digunakan untuk meungkapkan kekesalan pada orang yang bawel dan banyak permintaan. Lebih tepatnya sama dengan tetekbengek. Bagi ibu ibu yang ke pasar, bawa anak " jan banyak ciminyak di pasa beko ndak nak?"

Sasuku, Ciek Tali, Saringgik

Nah maksud sasuku disini bukan satu suku (kelompok saparuik/ keturunan). Sa suku juga digunakan untuk istilah jumlah 50. Misalkan " pitih sasuku" uang Rp 50,-. Untuk kelipatan lain misalkan 150 bisa diungkapkan dengan 'tigo suku / 3 suku'. 3x50 = 150.
 
Kemudian ada istilah tali. Bukan tali untung mengikat atau mengantung. Dalam keseharin istilah tali digunakan untuk menyatakan jumlah 25. Sama dengan 'suku' , tali juga bisa digunakan  dalam bentuk kelipatan seperti, " tigo tali - 3 tali - 3x25 =75'.
 
Saringgik / Seringgit ; ringgit merupakan mata uang Malaysia. Jika ditukar dalam mata uang rupiah Indonesia tentu akan mengikuti kurs. Tidak begitu di Minangkabau, seringgit (saringgik) di Minangkabau sama dengan 250 dan kursnya tetap hingga kiamat. Juga bisa di ungkapkan dalam bentuk kelipatan. Seperti 5 ringgik - 5x250 = 1250.

Sarawabeta

Di salah satu tempat, sarawabeta merupakan kata untuk menyebut saputangan. Hmmm setelah mengelilingi beberapa daerah, ternyata langka yang menggunakan kalimat ini. Entah ini di daerah ini saja, atau mungkin di memang sudah terlalu tua kata ini, penulis tidak tahu pasti. (adm)

Suka Artikel Ini? Tetap dapatkan Informasi dengan Berlanggana via email

Comments

You must be logged in to post a comment.

Artikel Terkait
About Author

Dulunya ditulis di anakminang.com