Kebenaran atau nan bana adalah hal yang diinginkan oleh semua makhluk. Namun untuk mendapatkan sebuah kebenaran bukanlah hal yang mudah. Berbagai hambatan, rintangan akan ditemui dalam menuju kebenaran. Dengan kebenaran akan terbuka hakikat tujuan hidup insan.
Adat Minangkabau bisa dijadikan pedoman dan pegangan untuk menemukan sebuah kebenaran. Adat akan memberikan metoda berpikir atau cara berpikir untuk menemukan sebuah kebenaran. Ajara ini dikenal dengan Ampek Jalan Mancari Bana.
Pikia Palito Hati
Untuk mendapatkan kebenaran yang nyata maka manusia Minangkabau wajib menggunakan pikirannya. Pikiran juga digunakan untuk pertimbangan ketika akan melakukan sesuatu dan untuk belajar setelah melakukan sesuatu. Dengan berpikir ini akan membuat pekerjaan akan meminimalisir resiko sia sia dalam bekerja.
Fungsi berpikir ini yang membedakan manusia dengan binatang. Sebab itulah dari berpikir ini melahirkan raso jo pareso. Demikian tuntunan adat yang kerap diistilahkan dengan pikia palito hati.
Nanang Hulu Bicaro
Setelah semua dipikirkan dengan mtang. Maka digunakan proses ke dua yaitu nanang hulu bicaro. Ajaran ini menunjukka bagaimana setelah berpikir, diinginkan tidak langsung mengatakan apa yang dipikirkan itu langsung. Tapi direnungkan terlebih dahulu sebelum di sampaikan. Ini diwajibkan agar terhindar dari sikap sia sia dalam berkata. Dalam ajaran adat Minangkabau bisa ditemui pesan:
Empat proses berpikir dalam mendapatkan kebenaran tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Tanpa mengikuti 4 pokok dasar mencari kebenaran di atas maka akan sulit ditemukan sebuah kebenaran yang nyata.
Ma ngango mangko mangecekUntaian ajaran di atas mengajarkan bahwa harus dipikirkan sejenak sebelum mengkomunikasikan sesuatu. Penting juga dipikirkan bagaimana cara mengkomunikasikannya yang baik dan benar. Lihatlah pada baris terakhir kok pandai bakato kato ibaraik santan jo tangguli artinya jika bisa mengatakan sesuatu dengan baik maka akan terasa manis buah kebenaran yang disampaikan. Sementara pada bagian akhir di jelaskan kok tak pandai bakato kato bak alu pancukia duri. Inilah lambang kesia-siaan, kegagalan. Bagaimana alu (batang untuk menumbuk padi) digunakan untuk mengeluarkan duri di dalam daging.
Maju sa langkah madok suruik
Ba kato sa patah di pikiri
Mulutmu harimaumu
Kok pandai bakato kato
Ibarat santan jo tangguli
Kok tak pandai bakato-kato
Bak alu pancukia duri.
Aniang Saribu Aka
Istilah ini digunakan untuk diam dan tenang dalam berpikir. Ketika disampaikan/menyampaikan masalah aniang bukan berarti bodoh atau tidak tahu. Dengan diam tersebut tersimpan banyak akal untuk memeprtahankan apa yang disampaikan dan dalam diam ini juga ada akal untuk menanggapi setiap yang disampaikan orang lain.Dek Saba Bana ko Datang
Ketika telah melaksanakan langkah langkah di atas. Maka diperlukan sikap sabar. Dengan sikap sabar ini maka akan ditemukan kebenaran. Bandingkan dengan sikap terburu buru atau sikap yang emosional dalam menghadapi masalah. Mata akan tertutup oleh puncak emosi untuk melihat sesuatu yang benarEmpat proses berpikir dalam mendapatkan kebenaran tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Tanpa mengikuti 4 pokok dasar mencari kebenaran di atas maka akan sulit ditemukan sebuah kebenaran yang nyata.
You must be logged in to post a comment.