Asal Usul Nama Gang Dolly dan Kisah Hidup Dolly

Gang Dolly, sebuah kawasan wisata syahwat dahulunya di Surabaya. Namun sekarang telah resmi ditutup terhitung tanggal 19 Juni 2014. Terkait dengan nama sebuah daerah atau kawasan tentu ada asal usulnya.

Fokus pada kawasan Gang Dolly ini, kenapa bisa diberi nama gang Dolly, siapakah Dolly ini sebenarnya?

Dolly adalah seorang yang melakukan protes penutupan kawasan ini sebelum benar-benar ditutup pada tahun 2014. Dalam dunia malam, sosok ini boleh dibilang legenda. Ada yang menyatakan bahwasanya Dolly merupakan seorang perempuan turunan Belanda.

Dolly, dikenal dengan nama lengkap Advenso Dollyres Chavit. Keturunan Filipina-Jawa (ayah Filipina dan ibu Jawa) lahir di tahun 1929. Pria tamatan sekolah Mindho (setingkat SMP). Walaupun sebagai seorang wanita, Dolly lebih dikenal dengan sebutan 'Papi Dolly'.

Hal ini disebabkan karena perilaku beliau yang agak tomboi. Namun, bukan berarti Dolly ini pemangsa sesama jenis.

Memasuki usia 20 tahun, Dolly sempat menikah denga Soukup atau dikenal dengan nama Yakup. Disini beliau dianugerahi seorang putra.

Berselang tidak sampai 5 tahun, Yakup harus meninggal dunia. Kondisi keuangan rumah tangga dalam moneter. Inilah yang memaksa dirinya untuk memasuki dunia jual beli 'daging-mentah' pada awal 1950-an.

Kecantikan dari hasil persilangan Jawa-Filipina Dolly sangat digemari. Tidak heran jika banyak langganan dari dalam dan luar negeri. Biasanya tempat mangkal Dolly di Hotel Simpang (LMS). Uniknya, Dolly mengaku tidak memasang tarif atau tidak dibayar. Berasumsi sebagai 'pelayan' berkelas, Dolly hanya menerima 'kado' berupa barang mahal dari pelanggannya.

Tidak sedikit lelaki ngebet ingin menikah dengan Dolly. Namun, semua ditolak. Sebab dia tak mau anaknya memiliki ayah tiri yang dalam pikirannya pasti akan kasar.  

Di tahun 1960, Dolly pindah ke Kembang Kuning. Sebuah komplek dunia malam Surabaya. Berada dibawah manajemen Tanten Beng. Berawal dari sinilah Dolly banyak belajar menjadi agen 'daging-mentah'.

Selang sembilan tahun Dolly hijrah ke Kupang Gunung. Usaha rumah bordil mulai dirintisnya. Tercatat ada Istana Remaja, Mamamia, Nirmal dan Tentrem sebagai wisma yang Dolly menejer-i. Setiap wisma, memiliki 'pekerja' sekitar 28 orang.

Menekuni sebagai agen wanita, dilakukannya tidak begitu lama. Berikutnya, aset berupa wisma tersebut beliau sewakan pada orang. Lebih tepatnya, beliau lebih berperan dalam hal sewa-menyewa properti.

Adapun alasan beliau tidak begitu lama di dunia agen daging ini sebab dia merasa kasihan pada para pekerja. Dia tahu betul bagaimana rasanya menjadi seorang PSK.

Dari hasil usaha sewa-menyewa di tahun 1991 Dolly mengaku memperoleh penghasilan Rp 210ribu untuk satu wisma setiap harinya. Tentu saja ini cukup besar jika dikomparasikan dengan kurs Dollar saat itu Rp 2000.

Sisi kebaikan hati Dolly, uang hasil sewa properti tersebut tidak dimakan dan disimpan sendiri. Berdomisili di Malang, Dolly dikenal sebagai sosok yang dermawan. Diungkap, beliau pernah merawat seorang perempuan yang mengidap kanker. Semua biaya tentunya Dolly yang tanggung.

Dolly memiliki 5 anak, satu anak yang dia lahirkan dan 4 anak angkat. Namun kasih sayangnya merata. 

Advenso Dollyres Chavit | dok. Majalah Jakarta-Jakarta

Selang waktu berputar, semua asetnya di Gang Dolly dijual. Hasil penjualan tersebut dia gunakan untuk membuka usaha jualan batik, seprei dan sarung. Memang Dolly mengaku, rintisan usaha hiburan di sana memang dia yang mulai. Namun, tidak lagi sejak tahun 1990-an. Tapi, apa mau hendak dikata, nama beliau telah terlanjur terabadikan menjadi salah satu pusat hiburan syahwat se Asia Tenggara.
Artikel Original: http://www.grid.id/w-stories-w-news/2018/01/22/asal-usul-nama-gang-dolly-siapakah-dolly-sebenarnya

Suka Artikel Ini? Tetap dapatkan Informasi dengan Berlanggana via email

Comments

You must be logged in to post a comment.

Artikel Terkait
About Author

Nothing Special About me. I like write and share what I know