Contoh PTK IPS untuk Sekolah Dasar

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 

Pembelajaran IPS di sekolah SDN 08 Limbanang merupakan salah satu kompetensi dasar  yang perlu mendapat perhatian. Karena berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dan masukan  guru–guru lain yang mengajar mata pelajaran IPS dengan kompetensi dasar  yang sama pada kelas lain, sebagian  besar dari siswa tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepadanya. Sewaktu proses pembelajaran berlangsung siswa kurang antusias dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran. Walaupun sudah menggunakan berbagai metode, namun siswa tidak tertarik dan tidak berminat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Sehingga tujuan belajar yang diharapkan tidak mencapai hasil yang maksimal.

Untuk itu peranan guru dituntut untuk menerapkan berbagai strategi dalam rangka meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran.

... faktor guru perlu mendapat perhatian yang pertama dan utama, di samping kurikulumnya, karena baik  buruknya suatu kurikulum pada akhirnya bergantung pada aktifitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum tersebut. Demikian halnya dalam menciptakan iklim sekolah dalam konteks implementasi KTSP, disini guru diberi kebebasan yang lebih leluasa untuk mengembangkan kurikulum sesuai standar kompetensi dan potensi peserta didik. Dengan kata lain berhasil tidaknya implementasi KTSP dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sangat bergantung pada unjuk kerja guru.

Dalam upaya meningkatkan kulitas pembelajaran guru dituntut untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik ke arah pencapaian tujuan belajar, serta  pembentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK–KD) yang telah ditetapkan dalam standar isi (SI)  untuk mewujudkan Standar Konpetensi Lulusan (SKL) dalam setiap pribadi peserta didik.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ke efektifan dan keberhasilan pembelajaran. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan demikian seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi) baik yang datang dari dalam (instrinsik) maupun yang datang dari luar (ekstrinsik).      

“Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan demikian antara motivasi dan tujuan berhubungan erat. Seseorang melakukan sesuatu kalau ia memiliki tujuan atas perbuatannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas, maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan dan emosi. Untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujauan”.

Dari hasil pengalaman mengajar siswa untuk mata pelajaran IPS Kelas III di SDN 08 Limbanang kami telah menggunakan suatu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan teknik belajar yang menyenangkan. Karena teknik pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk menciptakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam pembelajaran IPS kami telah menggunakan lembar tugas kreatif siswa dalam bentuk tugas kelompok karena dalam kelas CTL, bahwa guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Tapi masih ditemukan siswa yang belum mendapatkan hasil belajar yang maksimal karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat mereka secara keseluruhan. Tingkat kemampuan berfikir siswa berbeda-beda ada yang lambat ada yang cepat.

Untuk mengantisipasi hal diatas dalam meningkatkan motivasi siswa perlu adanya usaha guru untuk memperhatikan karakteristik dan perbedaan individual peserta didik yang mengarah pada keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama.

Disinilah guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor melalui strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam menerima pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah. Penelitian difokuskan pada pembelajaran IPS. Adapun jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan pada kelas III semester I di SDN 08 Limbanang.

B. Identifikasi Masalah 

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka permasalahan penelitian tersebut  adalah  :
1. Penggunaan metode dan teknik mengajar  yang kurang tepat, sehingga peserta didik tidak bersemangat dalam menerima pelajaran.
2. Pemberian tugas yang kurang jelas, dan sulit dipahami sehingga peserta didik tidak mengerti dan tidak tahu apa yang akan dilakukan.
3. Kelas tidak terkondisi karena guru tidak memperhatikan karakteristik dan perbedaan individual peserta didik seperti kecerdasan, kemampuan, minat, latar belakang dan sikapnya  terhadap sekolah.
Dari beberapa masalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak termotivasinya peserta didik dalam menerima pelajaran  karena penggunaan metode dan teknik mengajar guru yang kurang tepat, yaitu tidak dapat merancang dan memilah suatu yang berbeda dan bervariasi.

Kurangnya perhatian guru terhadap karakteristik peserta didik serta kemampuan peserta didik yang berbeda. Sehingga dalam pembelajaran berlangsung banyak peserta didik tidak menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Mereka melakukan hal-hal seperti, mengantuk, malas, mengganggu teman dan lain sebagainya. Sehingga hasil belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Dari indentivikasi masalah yang telah dipaparkan di atas  maka yang diteliti adalah faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi siswa kelas III dalam pembelajaran IPS di SDN 08 Limbanang. Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran IPS pada kelas III semester I tahun pelajaran 2008-2009 dengan jumlah siswa 26  orang, 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Alasan memilih kelas ini karena peneliti mengajar dikelas yang bersangkutan dan kemampuan siswanya sedang atau menengah

D. Rumusan Masalah

Karena rendahnya motivasi siswa dalam pelajaran IPS  maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda dapat meningkatkan motivasi siswa kelas III dalam pelajaran IPS di SDN 08 Limbanang ?
2. Apakah motivasi belajar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa secara maksimal ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan  latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui seberapa besar semangat  dan antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dalam  melalui pendekatan  kontekstual  dengan penggunaan benda  atau contoh kongrit.
2. Ingin mengetahui sejauh mana persepsi dan kesan siswa tentang pembelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran pendekatan kontekstual dengan teknik  penggunaan benda atau contoh kongrit.
3. Ingin mengetahui  seberapa tinggi hasil penguasaan dan kemampuan siswa dalam menerima materi yang diajarkan pendekatan kontekstual dengan teknik  penggunaan benda atau contoh kongkrit.

F. Manfaat Penelitian 

Pelaksanaan penelitian  tindakan  kelas  ini diharapkan akan memberikan  beberapa manfaat yaitu :
1. Bagi siswa, akan dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik serta menyenangkan  yang dapat memotivasi sehingga dengan mudah dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan mendapatkan hasil yang lebih baik serta memperoleh ilmu dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan proses pembelajaran yang kurang lengkap dengan menggunakan bahan pembelajaran serta teknik pembelajaran yang dapat menambah wawasan untuk digunakan memotivasi siswa agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara umum dan khususnya mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa  dengan menggunakan bahan pembelajaran kontekstual dengan teknik penggunaan benda dan pendekatan kontekstual dengan teknik  penggunaan benda atau contoh kongrit.
4. Bagi pengingkatan mutu pendidikan, penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses pembelajaran IPS.

BAB II: KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

Kajian teori bertujuan menemukan teori yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang diteliti. Untuk itu dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori motivasi, pendekatan kontekstual. 
  1. Teori Motivasi Belajar
  2. Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)

B. Kerangka Berfikir

Judul Penelitian : Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas III
Dalam Pembelajaran IPS Melalaui Pendekatan Kontekstual Dengan Teknik Penggunaan Benda atau Contoh Konkrit di SDN 08 Limbanang.
Y : Motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 08 Limbanang
X : Penerapan pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau 
contoh kongkrit dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 08 Limbanang. 
 
Kondisi awal : 
Guru belum menerapkan pembelajaran kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit dalam pembelajaran IPS, maka motivasi dan hasil belajar siswa rendah.
 Supaya motivasi dan hasil belajar siswa meningkat perlu adanya penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh kongkrit pada siswa kelas III  di SDN 08 Limbanang.
 Siklus 1: Menerapkan pembelajaran kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit.
 Menerapkan pembelajaran kontekstual dengan pengunaan benda atau contoh kongkrit  secara kelompok kecil (tiap kelompok 4-5 siswa) dalam pembelajaran IPS
 Dari siklus 1 ke siklus 2, diharapkan siswa yang malas dan mengantuk dalam proses pembelajaran makin sedikit.
 Kondisi akhir : 
Diduga melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh kongkrit  dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri 08 Limbanang.
C. Hipotesis Tindakan 
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui Pendekatan kontekstual dengan penggunaan benda atau contoh kongkrit  dapat meningkatkan motivasi siswa kelas III dalam pembelajaran IPS di SD Negeri 08 Limbanang.
2. Motivasi belajar dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa secara maksimal.
Jadi hipotesis tindakan adalah: Melalui pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 08 Limbanang.
 

  BAB III METODOLOGI  PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penyusunan proposal dari penelitian ini sudah disiapkan dari akhir Oktober 2008. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penyusunan Instrumennya disiapkan Oktober. Direncanakan penelitian ini secara bersiklus, setiap siklus ada dua kali tatap muka.
 Pengumpulan data dilakukan dari kegiatan siklus I pada awal sekolah minggu kedua Oktober (selesai libur Idul Fitri) karena proses pembelajaran sudah berjalan seperti biasa. Untuk analisis data, pembahasan, dan laporan hasil penelitian  akan dilakukan November sampai Desember.
Tabel 1
Alokasi  Waktu Penelitian

B. Subjek Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kelas III semester I SDN 08 Limbanang karena peneliti mengajar mata pelajaran IPS pada sekolah yang bersangkutan. Sebahagian besar dari siswa tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya karena tidak termotivasi pada saat proses pembelajaran. 
 
Setelah diadakan pengamatan dan tes awal di kelas yang dipilih sebagai subjek penelitian, yaitu kelas III yang terdiri dari 20 orang wanita, 18 orang laki-laki dan berjumlah 38 orang, ternyata sebagian dari siswa tidak dapat mencapai hasil yang baik karena tidak termotivasi, sehingga tidak ada keinginan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
 
Alasan peneliti memilih kelas III sebagai subjek penelitian, adalah:
1. Bersangkutan pada semester 1 tahun pelajaran 2008/2009, 
2. Kemampuan belajar siswa kelas III rata-rata sedang, tidak terlalu pandai dan tidak pula bodoh. 
Dengan demikian kelas ini sangat cocok untuk diambil sebagai subjek penelitian yang dapat mewakili kelas lain.
 

C. Sumber Data

Data diperoleh dari penelitian adalah data primer. Data primer adalah data yang dperoleh langsung dari subyek penelitian yaitu kelas III. Disamping itu data juga diambil dari data sekunder yaitu dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat yang berada di kelas yang sama. 
 

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan:
1. Observasi Perilaku Dalam Berdiskusi
Lembar observasi digunakan oleh observer untuk mengamati siswa dalam berdiskusi atau kerja kelompok.
2. Observasi Penilaian Sikap
Pengumpulan lembar observasi tentang motivasi belajar siswa yang
dilakukan di awal dan di akhir penelitian, digunakan untuk melihat tingginya motivasi belajar siswa.
3. Wawancara / Pertanyaan Langsung
Lembar observasi siswa digunakan oleh observer untuk mengamati motivasi siswa melalui pertanyaan langsung pada proses pembelajaran berlangsung. 
4. Tes Awal, UH Setiap Akhir Siklus I dan II
Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal siswa sebelum diberikan tindakan. Sedangkan tes hasil belajar diberikan di setiap akhir tindakan. Tes awal dan hasil belajar berisi soal-soal yang mencakup konsep materi yang diajarkan
 

E. Validasi Data

Data diperoleh dari pengamatan yang sudah dilakukan melalui:
1. Pengamatan langsung saat terjadi proses pembelajaran, 
2. Melalui observasi perilaku penggunaan skala sikap, 
3. Observasi langsung / wawancara dan observasi perilaku dalam berdiskusi dan hasil tes pada akhir siklus I dan II.
 

F. Analisis Data

Analisis yang digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan. Analisis data menggunakan analisis: 
1. Deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari  setiap pertemuan, 
2. Deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, dengan nilai tes setelah siklus I, dan dengan nilai tes setelah siklus 2. ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat secara individu dan klasikal. Seorang siswa dapat dikatakan tuntas belajar apabila pencapaian nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 70)
 

G. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan dalam 2 siklus ( siklus I dan II ), dalam 2 kali pertemuan. Masing-masing siklus dilakukan 1 kali pertemuan dengan tahap-tahap sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi.
 
Lalu diteruskan dengan siklus II dengan tahap-tahap yang sama dengan siklus I. Satu kali pertemuan setara dengan dua jam pelajaran (2 x 35 menit sama dengan 70 menit). Yang membutuhkan jadwal pertemuan tatap muka di kelas hanya tindakan, pelaksanaan, observasi, dan evaluasi, sedangkan perencanaan dan refleksi dilakukan di luar jadwal pertemuan tatap muka.
 Lama penelitian direncanakan selama tiga bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah model Arikunto (2006:16). Model/penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Tindakan dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
 
Siklus Pertama
1. Tahap 1. 
Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Sebelum kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan terlebih dahulu: 
a. Memilih standar kompetensi (SK), kompetensi dasar, indikator, materi 
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan 1 (lampiran 2), 
c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 1  setelah adanya refleksi dari siklus I ( lampiran 3), 
d. Membuat bahan pembelajaran dan berbagai jenis gambar sesuai dengan pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit (lampiran 4), 
e. Menyiapkan instrumen observasi, format perilaku, penilaian sikap, wawancara/pertanyaan langsung (lampiran 5), 
f. Alat evaluasi (tes) untuk memantau perkembangan hasil belajar siswa, 
g. Menghubungi pihak yang dibutuhkan untuk terlaksananya penelitian, seperti kepala sekolah dan  teman seprofesi sebagai pengamat, 
h. Menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran. 
Standar kompetensi yang dipilih untuk diajarkan melalui pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit adalah “ Mengenal Kebutuhan Hidup dan Cara memenuhinya” dengan kompetensi dasar  (KD) “ Mengenal Tempat Berbelanja untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup”. Kompetensi dasar ini dapat diajarkan dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit.      
                                                                               
2. Tahap 2. 
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Sebelum pembelajaran dimulai, diberikan tes yang sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan untuk mengetahui/melihat kemampuan awal siswa. Pada pertemuan pertama, di awal pembelajaran dimulai dengan appersepsi dan motivasi, yaitu guru bersama murid bertanya jawab tentang macam-macam kebutuhan.
 
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran setelah itu siswa dibagi atas 4 kelompok besar yang terdiri dari 1 atau 5 orang. Lalu siswa mengamati gambar pasar. Setelah siswa mengamati gambar pasar diberi kesempatan bertanya. Untuk menguji kompetensi siswa guru mengajukan pertanyaan tentang gambar. Lalu secara berkelompok siswa mengerjakan soal / tes pada lembar kerja yang sudah disiapkan yang berisi tentang pasar dan macam-macam barang yang dijual.
 
Kemudian masing-masing kelompok menukarkan hasil kerjanya untuk dinilai. Guru memberikan reward kepada kelompok yang mendapat hasil terbaik. Lalu siswa dan guru melakukan refleksi. Pembelajaran diakhiri dengan pengukuhan guru. 
 
Pada pertemuan kedua, pembelajaran juga dimulai dengan memperagakan gambar pasar. Kelompok yang terdiri dari 4 kelompok bersamaan mengerjakan tugas. Setelah itu, masing-masing kelompok menukarkan hasil kerja mereka untuk dinilai dengan rubrik yang sudah ditentukan. Guru memberikan, penghargaan kepada 3 kelompok dengan hasil terbaik. Guru memberikan pengukuhan dan secara bersama guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran. 
 
Pengamatan dilakukan oleh teman seprofesi saat PBM berlangsung. Pada akhir pembelajaran guru memilih salah seorang siswa dari masing-masing kelompok untuk diwawancarai oleh pengamat bagaimana respon atau pendapat siswa tentang model pembelajaran yang menggunakan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit.
 
3. Observasi(Observation)
Observasi perilaku dalam berdiskusi dilakukan saat siswa mengerjakan kerja kelompok bersamaan dengan tahap tindakan pada pertemuan 1 dan 2 oleh peneliti dan teman sejawat yang seprofesi. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih ada yang lalai atau malas mengerjakan tugas. Observasi pertanyaan langsung / wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran pertemuan kedua oleh teman sejawat. 
 
Hasil observasi melalui wawancara ternyata terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan benda atau contoh konkrit. Siswa antusias dalam belajar kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa bergairah dan berkeinginan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
 Sedangkan Observasi Perilaku Penggunaan Skala Sikap dilakukakan pada akhir pembelajaran pertemuan kedua oleh peneliti dengan teman seprofesi. Hasil yang diperoleh, sebagian besar berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan teknik penggunaan benda atau contoh konkrit. 
 
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Peneliti dan pengamat mengadakan diskusi untuk melakukan refleksi atau perenungan tehadap pembelajaran. Hasil diskusi merupakan refleksi dari apa yang telah dilakukan guru di kelas. Kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya, sedangkan kelebihan tetap dipertahankan. 
Jika terdapat masalah dakam metode / teknik atau ketidak sesuaian alokasi waktu akan dilakukan penyempurnaan, dan jika tujuan yang dirumuskan belum tercapai, maka guru peneliti mencari penyebab belum berhasilnya pelaksanaan tindakan. Seluruh hasil refleksi menjadi bahan masukan yang sangat penting untuk merancang siklus berikutnya.
 
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan refleksi adalah mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan informasi yang diperoleh dari pengumpulan data. Kegiatan refleksi dapat dilakukan dari: 
a. Hasil observasi perilaku dalam berdiskusi, 
b. Hasil observasi perilaku penilaian skala sikap, 
c. Hasil observasi wawancara / pertanyaan langsung 
d. Hasil belajar siswa setiap selesai suatu tindakan di kelas. 
 
Dari hasil observasi dan hasil belajar siswa dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Suka Artikel Ini? Tetap dapatkan Informasi dengan Berlanggana via email

Comments

You must be logged in to post a comment.

Artikel Terkait
About Author

Calon Sarjana Ekonomi | Aktif Coret Coret di Internet